Kamis, 07 Juli 2011

TENGKU NGGAJANG


   Tengku= jurang, Nggajang= nama orang. Jurang ini terdapat di sebelah timur kampung Ngalo desa Tueng Kecamatan Kuwus. Nggajang adalah salah seorang yang mengalami kesulitan hidup. Untuk memperoleh sesuap nasi dan seteguk air saja cukup sulit baginya. Untuk mendapat makanan Nggajang disuruh untuk menjaga kera di kebun, dimana di kebun yang dijaganya barusan selesai ditanam jagung. Demikian matahari sudah tinggi, Nggajang menunggu orang yang membawa makanan untuknya tidak muncul-muncul. Keringat karena lapar makin menjadi-jadi. Karena tak tertahan lagi laparnya, lagi pula tak ada jalan lain lagi yang ditempuhnya terpaksa mencungkil kembali jagung-jagung yang telah ditanam lalu digorengnya. Tidak beberapa lama kemudian muncullah pemilik kebun dan memeriksa jagung yang telah ditanam, ternyata jagung telah dicungkil semuanya. Kepada Nggajang ditanyakan pemiliki kebun mengapa tercungkil semua? Jawabnya, karena saya tidur. Karena itu jagung terpaksa ditanam lagi. Hari berikutnya mengalami hal yang sama pula dan alasan yang sama dikemukakan oleh Nggajang. Jagung ditanam ulang.
   Hari-hari selanjutnya tetap saja mengalami hal yang sama. Kemudian diselidiki, nyatanya bukan kera yang mencungkil tetapi dicungkil oleh Nggajang. Karena sikapnya yang demikian, lalu Nggajang diikat dan dibuang ke dalam jurang. Anggapan pemilik kebun bahwa Nggajang pasti telah meninggal dunia karena jurangnya cukup dalam. Keluarga Nggajang gelisah karena Ia tidak muncul-muncul di rumah. Lalu ditanyakan pada pemilik kebun. “Dimana Nggajang”? Jawab pemilik kebun “Kami tidak tahu”.
   Kemudian keluarga Nggajang mendapat informasi kalau Nggajang telah di buang ke dalam jurang oleh pemilik kebun. Karena itu diupayakan oleh keluarga untuk pergi mencarinya. Kedapatan Nggajang dalam keadaan parah yang akhirnya juga meninggal. Keluarga Nggajang melaporkan hal tersebut kepada pihak yang berwenang untuk ditindaki setimpal perbuatannya. Demikianlah maka dinamakan “Tengku Nggajang”, karena Nggajang dibuang ke dalam tengku (jurang). Cerita ini mengingatkan kita agar selalu berlaku adil terhadap sesame. Jangan seperti sikap dan tindakan yang dilakukan oleh pemilik kebun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar