Hey, jangan bergaul sama dia, mamanya itu seroang pelacur. Kata-kata itu biasanya terlontar dari mulut seorang ibu kepada anaknya agar jangan berteman dengan anak pelacur. Takutnya anaknya “kotor”.
Pelacur itu ibarat seorang yang ada pada lirik yang dinyanyikan Peterpan:
Ada yang benci dirinya
Ada yang butuh dirinya
Ada yang berlutut mencintanya
Ada pula yang kejam menyiksa dirinya
Pelacur seperti hidup di dua (2) dunia yang berbeda. Kadang mereka hidup di dunia senang, tapi kadang pula mereka hidup di dunia yang penuh penderitaan. Mereka dipaksa untuk melayani atau dengan senang hati melayani para lelaki hidung belang hanya untuk sesuap nasi.
Yang menjadi pertanyaan, apakah profesi sebagai pelacur itu wajar atau tidak wajar? Hampir semua orang pasti bilang tidak wajar, tapi bagi mereka yang bergelut dalam dunia itu merasa wajar-wajar saja, asalkan bisa makan. Mungkin banyak yang tidak setuju dengan jawaban mereka, tapi kalau mereka menjawab, apakah kalau kalian tidak setuju dengan pekerjaan kami, apakah kalian mau membantu kami?
Yah, mungkin hanya sebagian orang saja yang mau membantu dari sekian banyak orang, ibarat air kecil yang beriak di samudera yang luas.
Well, memang keberadaan pelacur selalu dilema. Maju salah mundur salah. Kalau mereka bekerja, pasti dihina, dicibir, dicaci maki, dikucilkan, dll. Tapi, kalau mereka tidak bekerja, mereka mau makan apa? Mau usaha lain, pasti tidak akan ada yang mau berkongsi paling hanya sedikit orang saja, karena dulunya bekas pelacur.
Contoh keberadaan pelacur yang dilemma, pemerintah menarik pajak dari bisnis pelacur, tetapi dilain pihak mereka dikucilkan. Contoh lain adalah, skandal sex yang dilakukan oleh para agen Secret Service ketika mengawal Presiden AS Barack Obama ke Kolombia. Skandal tersebut terungkap setelah salah satu pelacur bernama Dania mengaku tidak dibayar secara professional. Sesuai kontrak, Dania harus dibayar 800US$, namun hanya mendapatkan 225US$.
So, berdasarkan uraian diatas, kita mungkin sedikit bisa tahu tentang dunia para pelacur yang dilemma.
Bagaimana komentar-mu?