Dalam bukunya yang berjudul “Kebudayaan Manggarai Sebagai Salah Satu Khasanah Kebudayaan Nasional”, secara rinci Antony Bagul Dagur, menguraikan sebagai berikut:
1. Periuk persembahan: simbol keyakinan sekaligus penghormatan dan penyembahan kepada Tuhan yang menjadikan (Mori jadi dedek, tanan wa awing eta, pukul parn agu kolep, ulun le wa’in lau artinya Tuhan Pencipta langit dan bumi serta segala isinya, Tuhan penjadi dan pembentuk kehidupan manusia dan segala mahluk serta alam raya), sekaligus roh-roh yang mengganggu kehidupan manusia.
2. Tanduk kerbau (Rangga Kaba): simbol prinsip kemanusiaan yaitu nilai kemanusiaan yang adil dan beradab saja, tetapi lebih mengandung makna cita-cita, karena nenek moyang orang Manggarai sangat mendambakan (bercita-cita), agar keturunannya kuat dan sehat seperti kerbau, bekerja keras sebab kerbau erat sekali hubungannya dengan orang Manggarai, baik sebagai pembantu tenaga kerja bajak sawah (kalek) maupun untuk membantu pikul beban serta jaminan untuk bayar belis.
3. Atap ijuk yang bermodel bulat: (atap ijuk membuat yang menyatukan urat tali ijuk bersama batang lidinya) yang dalamnya ditopang oleh kuda-kuda (kinang). Ini melambangkan persatuan dan kesatuan yang kokoh dan kuat tak terpisahkan.
Rumah Gendang yang asli di Manggarai sulit dijumpai, yang banyak adalah rumah yang dibangun dengan mengambil ide atap rumah rumah gendang yang telah dimodifikasi.
Menurut Antony Bagul Dagur dalam bukunya “Kebudayaan Manggarai Sebagai Salah Satu Khasanah Kebudayaan Nasional”, lebih lanjut menjelaskan bahwa tampak dalam rumah adat (konstruksi logo rumah bagian dalam) terpampang dua prinsip yaitu Reje Leleng Bantang Cama dan prinsip kesejahteraan sosial (kope oles todo kongkol) melalui simbol sebagai berikut:
1. Nilai permusyawaratan/perwakilan: melalui kuda-kuda atap rumah (kinang) menuju satu titik puncak. Kinang-kinang itu lambang utusan dari tiap pangga (sub klien). Antara kinang diikat oleh tali ijuk melambangakn satu kesatuan dalam perwakilan dan lambing solidaritas sosial dalam permusyawaratan. Nilai tenggang rasa terungkap melalui simbol ini. Ujung (lob kinang) menuju titik puncak hubungan rumah juga melambangkan loyalitas kepada puncak pimpinan, kesatuan komando, termasuk kepatuhan terhadap Mori Jadi Dedek, karena ujung kinang itu bertumpu pada batas bawah periuk persembahan. Siri Bongkok (tiang tengah sebagai pusat topangan) adalah simbol pemimpin sekaligus penopang, pembela dan penegak keadilan dan kesejahteraan.
2. Nilai kesejahteraan sosial. Rangkung api (bara-bara perapian) tempat menjemur padi atau bahan makanan yang diawetkan. Sapo bersama (tempat masak yang dilengkapi tungku/liking masing-masing keluarga). Rangkung api dan sapo selain melambangkan kesejahteraan bersama, juga ada lutur bersama (tempat tamu bersama) lambang kesejahteraan bersama dan dijiawi oleh semangat kekeluargaan (persatuan dan kesatuan).
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa terdapat tri simbol (bagian luar) yaitu Periuk persembahan, Tanduk kerbau, dan atap ijuk. Dan bagian dalam rumah terdapat dwi prinsip, yaitu Siri Bongkok, Rangkung Api dan Sapo, merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh; namun sangat menonjol dalam mempengaruhi tata kehidupan sehari-hari adalah prinsip ketiga (nilai persatuan dan kesatuan) selain nilai religiositas. Kuatnya peranan nilai Persatuan dan Kesatuan adat Manggarai ditandai oleh pembagian uma bate duat, natas bate labar, wae bate teku, mbaru bate kaeng yang mengandung makna kebersamaan dalam satunya halaman tempat bermain, satunya mata air tempat timbaan/keperluan air minum bersama, satunya lingko (kebun) bersama dengan system pembagian yang adil dan merata yang menganut kesejahteraan bersama yang berbanding lurus (keadilan distributive) dan satunya rumah tinggal dengan system rumah-rumah melingkar keliling, ditengah-tengah terletak halaman (natas).
good. teruslah berkarya pak guru. http://bisnissukesinternet.blogspot.com/
BalasHapus