Kamis, 22 Desember 2011

Tidak Melukai

   Filsafat itu indah. Filsafat itu berbicara tentang totalitas atau keseluruhan hidup. Filsafat membantu kita menjadi individu yang bermutu dan berwawasan luas. Dengan menggeluti dunia kefilsafatan, kita diandaikan sedang mengarungi pluralitas dunia. Dalam filsafat, kita dapat menemukan berbagai macam pandangan dan alur pemikiran yang bertendensi membangun pola pikir yang sempit menjadi lebih universal. Filsafat membantu orang untuk belajar lebih peka terhadap situasi atau keadaan hidup serta membuka alam pemikiran manusia dengan sentuhan-sentuhan pandangan baru tentang realitas yang dialami.
   Ketika seseorang mulai terjun ke dalam arus dunia kefilsafatan, dia akan berhadapan dengan berbagai bentuk filsafat dengan filsufnya masing-masing. Dalam dunia kefilsafatan, selain filsafat Barat (Yunani), dikenal juga “Filsafat Timur”. Berkaitan dengan filsafat Timur, di STFK Ledalero filsafat ini memiliki tempat tersendiri dalam perkuliahan sebagai salah satu mata kuliah wajib. Mata kuliah yang diampuh oleh Prof. Dr. Kondrad Kebung, SVD ini secara khusus membahas tentang filsafat berpikir orang Timur, yakni dari tiga negara: Indonesia, Cina, dan India.

   Dalam pembahasan mata kuliah ini, partisipasi aktif dari mahasiswa sangat ditekankan untuk menanggapi dan memberikan pendapat. Maka, untuk memperlancar pembahasannya, dibentuk kelompok-kelompok berdasarkan konvik-konvik untuk kemudian mempresentasekan makalah tentang persoalan-persoalan yang akan dibahas. Berhubungan dengan itu, pada tanggal 03 Oktober 2011, adalah presentase dari konvik Vocationist membahas tentang “Macam-macam Filsafat India”. Secara garis beras, filsafat India dibagi ke dalam empat bagian yakni: filsafat tentang sukses atau keberhasilan, filsafat tentang kenikmatan, filsafat tentang kewajiban, dan filsafat tentang keabadian.
   Pada kesempatan diskusi, para audiens yang seluruhnya adalah mahasiswa tingkat II (semester III) turut terlibat aktif. Para audiens menyampaikan banyak hal tentang filsafat berpikir orang India. Diskusi ini menjadi menarik ketika pada pembahasan tentang ajaran Ahimsah kaum jainis. Ahimsah adalah sebuah ajaran tentang “tidak melukai”. Ini berarti tidak menghendaki adanya kekerasan. Berkaitan dengan ajaran Ahimsah ini, orang diajarkan untuk menjaga kestabilan kosmos. Orang harus bersahabat atau berelasi dengan kosmos karena kosmos dianggap sebagai yang memberi kehidupan. Segala yang ada di dalam kosmos memiliki monade-monade (jiwa-jiwa). Dalam kosmos juga terdapat jiwa dan a-jiwa. Jiwa adalah unsur yang murni, bersih. Sedangkan a-jiwa adalah yang kacau, bobrok, dan kotor. Untuk mencapai kebahagiaan atau ketenangan batin, maka yang a-jiwa harus disingkirkan dari jiwa. Ajaran Ahimsah mengharamkan pengerusakan terhadap kosmos dan menjunjung tinggi kehidupan. Ajaran ini terlihat/terimplikasi ketika orang India berhadapan dengan penjajah. Seperti Mahatma Gandhi, orang India tidak melawan kekerasan penjajah dengan kekerasan tetapi mereka menggunakan cara-cara manusiawi yang beradab seperti dialog aktif dan seruan-seruan kenabian. Perjuangan orang India yang berlandaskan kasih ini pada akhirnya memberikan satu kemerdekaan yang didapat tanpa melalui kekerasan.
   Dari berbagai opini yang disampaikan dalam diskusi ini, para pemakalah dapat menyimpulkan bahwa filsafat orang India secara keseluruhan berhubungan dengan kosmos dan selalu mengedepankan sikap peduli terhadap kesetiakawanan, kehidupan dan kedamaian atau ketentraman dengan mengutamakan nilai-nilai cinta kasih. Ini berarti filsafat orang India mirip dengan ajaran Kristiani tentang cinta kasih.
   Akhirnya, satu hal yang menjadi pertanyaan untuk kita adalah “Apakah kita mampu untuk menjadi pribadi-pribadi yang membawa perdamaian dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan di zaman yang serba modern ini”?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar